Jumat, 07 Oktober 2016

The Magnificent Seven (2016)

Tak bisa di pungkiri bahwa Seven Samurai (1954) garapan Akira Kurosawa telah meletakkan dan merubah banyak hal dalam wajah sinema dunia. Di sebut-sebut sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa. Kesuksesan tersebut membuat industri perfilman Jepang mendapat sorotan lebih di mata dunia. Ya, Seven Samurai adalah sebuah legenda. Beberapa tahun kemudian, sutradara John Struges dari Hollywood melakukan remake film ini yang kemudian di beri judul The Magnificent Seven (1960).

Film itu mengubah unsur serta konten samurai dari film original-nya menjadi sajian American western. Struges juga memasang aktor-aktor nge-hits pada zamannya. Seperti Yul Brynner, Steve McQueen, Charles Bronson, dan masih banyak lagi. Film ini juga mendulang kesuksesan. Jalinan cerita dan karakterisasi yang unik menjadi keunggulannya. Tanpa harus mengkhianati makna yang terkandung pada Seven Samurai. Jangan lupakan score ikonik Elmer Bernstein yang nanti akan menjadi iklan salah satu merk rokok ternama.
Sepertinya, Hollywood mulai kehabisan ide-ide segar. Benar saja, mereka me-remake film The Magnificent Seven itu. Kali ini, Antoine Fuqua yang menjadi nahkodanya dari versi terbaru ia sendiri sebut adalah re-imagining. Naskahnya di tulis oleh Nic Pizzolatto (TV series True Detective) dan Richard Wenk. Ini merupakan film terakhir bagi James Horner sebagai music composer karena ia sudah menghadap Yang Maha Kuasa sebelum film ini rilis. Beberapa bagian musik yang belum selesai digarap oleh Simon Franglen. Mengikuti pakem pendahulunya, film ini juga memasang aktor-aktor ngetop masa kini.

Pada tahun 1879 di sebuah kota bernama Rose Creek, seorang corrupt industrialist bernama Bartholomew Bogue (Peter Sarsgaard) berusaha untuk menguasai kota tersebut dan akan membantai siapa saja yang menghalanginya untuk membangun tambang emas. Salah satu korbannya adalah Emma (Jennifer Lawrence, eh, Haley Bennett) yang mana suaminya tewas dibunuh oleh anak buah Bogue. Tanpa berpikir panjang, ia minta tolong kepada seorang bounty hunter - Sam Chisolm (Denzel Washington) untuk mengumpulkan orang-orang hebat dan melawan kekejaman Bogue. Mereka adalah Josh Faraday (Chris Pratt), Goodnight Robicheaux (Ethan Hawke), Billy Rocks (Lee Byung-Hun), Jack Horne (Vincent D'Onofrio), Vasquez (Manuel Garcia-Rulfo), dan Red Harvest (Martin Sensmeier).
Kalo di perhatiin betul-betul, wajahnya Haley Bennett ini mirip Jennifer Lawrence...
Basis ceritanya masih sama seperti pendahulunya. Hanya seputar tentang tujuh orang hebat yang melawan penjajah kota kecil. Simple sebenernya. Tapi ada satu yang bikin TMS milik John Struges everlasting adalah karakter-karakternya yang mendapat pendalaman lebih. Bagaimana perasaan mereka saat tahu pertempuran melawan banyak pasukan itu adalah hal yang mustahil. Kita akan di perlihatkan gejolak batin mereka. Sehingga membuatnya menjadi film yang tidak menjual adegan aksi semata namun juga memiliki hati di dalamnya.
Antoine Fuqua tidak melakukan banyak hal selain sekedar meng-update atau me-modernisasi dalam versi miliknya. Sehingga bisa di bilang film ini tidak punya kesan fresh. Mungkin yang menarik adalah Fuqua memasang aktor-aktor dari beragam etnis pada ketujuh ksatria tersebut. Sehingga filmnya lebih "berwarna". Kita akan menemui beberapa karakter unik disini. Tentu saja yang paling mencuri perhatian adalah Josh Faraday. Entah kenapa, waktu ngeliat si Josh ini - pesonanya - keinget sama Star Lord dari Guardians of the Galaxy (juga diperankan Chris Pratt).

Meskipun punya karakter yang unik, mereka terkesan kurang berkembang. Yang paling di sayangkan adalah si Goodnight. Sepanjang film kita akan melihat kegelisahan dia. Namun Fuqua tidak mengembangkan karakternya lebih lanjut. Sedangkan untuk karakter lain terkesan hanya sebagai pengisi saja. Untuk sang villain sendiri hanyalah karakter yang sekedar jahat tanpa karakterisasi lebih di dalamnya. Sepertinya Fuqua dan penulis naskahnya tidak mampu membagi porsi yang pas bagi karakter-karakter di dalamnya.
Terlepas dari kekurangan yang ada, film ini punya beberapa kelebihan. Pertama ada karakter-karakternya yang unik meski kurang berkembang. Namun kehadirannya bikin filmnya berwarna. Kedua, jika kita melihat track record Antoine Fuqua sebelumnya yang kebanyakan film action, sudah di pastikan film ini akan menampilkan banyak adegan aksi yang di kemas baik olehnya. Walau adegan aksinya bukanlah sesuatu yang baru, tapi Fuqua mampu mengemasnya dengan efektif. Ketiga, ceritanya yang sederhana dan straight-forward sehingga mudah diikuti. Menjadikannya salah satu film western yang menghibur. Tidak lupa, selain musik milik James Horner kita akan mendengarkan juga musik ikonik Elmer Bernstein di film ini. Not so great and not so bad. Still, I like it.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar