Jumat, 28 Oktober 2016

Doctor Strange (2016)

Wow, gak kerasa kini Marvel Cinematic Universe (MCU) sudah mencapai film yang ke-empat belas dan memasuki fase ketiga. Fase ketiga sudah di buka dengan Civil War yang luar biasa itu. Kini giliran Doctor Strange yang di adaptasi ke layar lebar. Doctor Strange, hmm, namanya mungkin tidak setenar Iron Man, Captain America, Thor, Spider-Man, atau Hulk. Tapi di universe komik Marvel ia punya peranan yang penting dalam dunia sihir dan multiverse disitu. Nasib bisa dibilang sama kayak beberapa film Marvel terdahulu seperti Guardians of the Galaxy (2014) dan Ant-Man (2015). Namun, pada akhirnya sukses besar saat dirilis. Bagaimana dengan Doctor Strange ini?
Sejak kemunculan trailer-nya, banyak yang langsung memasang ekspetasi tinggi. Trailer-nya memamerkan efek-efek visual yang cukup trippy dan psychedelic itu. Banyak orang yang menyebutnya mirip Inception-nya Nolan. Itulah yang membuatnya berbeda dengan film-film Marvel yang lain. Film ini di sutradarai oleh Scott Derrickson (The Exorcism of Emily Rose, Sinister). Awalnya sempet ragu dia jadi sutradara karena track record-nya yang semuanya film horor. Hey, James Wan bisa bikin Furious 7 yang di luar spesialisasinya dengan baik. Jadi, apakah Derrickson bisa keluar dari zona amannya? Jawabannya bisa dan ia melakukannya cukup baik.
Stephen Strange (Benedict Cumberbatch) adalah seorang dokter bedah yang punya karir cemerlang. Sudah memecahkan banyak rekor penyelamatan medis yang orang lain mengganggapnya mustahil. Tak lupa, dia juga seorang yang kaya raya. Sayang, ia adalah pribadi yang sombong, suka merendahkan orang lain, dan kebanyakan gaya (wait a sec - he reminds you a lot to Tony Stark, yes?). Layaknya sinetron religi yang tayang di TV lokal, akhirnya ia kualat. Ia mengalami kecelakaan mobil yang fatal. Kini, tangannya tidak bisa berfungsi sepenuhnya seperti dulu. Karirnya perlahan mulai hancur. Temannya - Christine Palmer (Rachel McAdams) mulai menjauhinya karena sikapnya itu,
Putus asa karena tidak ada yang bisa menyembuhkannya, Strange pergi ke Nepal untuk mencari sebuah tempat bernama Kamar-Taj yang diyakini bisa bikin dia sembuh total. Ia bertemu dengan dengan Mordo (Chiwetel Ejiofor) yang bersedia mengantarnya menemui The Ancient One (Tilda Swinton). Disini Strange harus melupakan apa yang ia pikir ia ketahui. Strange adalah seorang dokter, sebuah hal yang wajar jika ia mengagungkan akal sehat dan logika. Seketika itu juga ia mulai memasuki dunia yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Sementara di luar sana, ada Kaecilius (Mads Mikkelsen) - seorang mantan murid Ancient One - mulai mengacam ketertiban dunia.
Lagi-lagi Mads Mikkelsen jadi orang jahat, tapi tenang masih ada Rogue One...
Seperti yang sudah di singgung sebelumnya, film ini berbeda dengan film Marvel sebelumnya. Jelas, daya tarik utama adalah visual-nya yang unik. Seperti sedang dalam pengaruh LSD atau obat-obatan tertentu. Tidak perlu berlama-lama, naskah garapan Derrickson, C. Robert Cargill, dan Jon Spaihts sudah menggedor penonton dengan dunia magis Doctor Strange sejak menit-menit awal. Sebuah dunia bagai kaleidoskop. Tone film mulai normal setelah itu. Namun, meranjak naik lagi saat Strange baru berkenalan dengan dunia magis tersebut. Salah satu adegannya mengingatkan dengan 2001-nya Kubrick. Seru rasanya bisa melihat para karakter yang ada mampu memanipulasi tempat dan waktu. Semua adegan aksinya di kemas dengan apik oleh Derrickson. Not to mention, semua joke disini sanggup memancing tawa. Jumlahnya cukup banyak.
Benedict Cumberbatch adalah rockstar disini. Beliau sanggup membawakan sosok Strange yang angkuh, namun ada kalanya saat ia sedang menderita sampai nanti akhirnya menjadi wise saat sudah menjadi Doctor Strange. Jujur, penokohannya gak jauh-jauh waktu dia main di Sherlock. Karakter Christine terasa kurang berkembang. Kesannya seperti pemanis saja. Ejiofor meski tidak se-dominan Cumberbatch masih bisa mengimbangi dan kita bisa lihat pergolakan batin Mordo disini (bagi yang pernah baca komiknya pasti kelanjutannya). Swinton mampu menjadikan karakter Ancient One tampak berwibawa. Di komiknya, karakter tersebut adalah seorang lelaki tua. Kaecilius yang di perankan oleh Mikkelsen (lagi-lagi lihat dia jadi orang jahat lagi) mampu menjadi musuh yang cukup tangguh bagi Strange. Meski motivasinya kurang digali agak dalam lagi. Tapi sudah bagus kok.
Sepertinya, kemampuan Derrickson dalam membuat film horor masih kebawa di film ini. Tengok saja ke satu adegan yang menampilkan kepala di penggal. Ada lagi adegan yang melibatkan karakternya di tusuk dan di bantai. Cukup mengejutkan untuk film dengan rating PG-13 (tapi di bioskop rating-nya D 17+). Selain itu, ia menempatkan beberapa jump scare yang cukup mengagetkan. Klimaksnya sendiri mungkin gak seheboh film Marvel yang lain. Namun, harus diakui cukup unik dan kreatif. Mirip-mirip Groundhog Day. Film ini tidak mencapai taraf "bagus sekali" untuk standar film Marvel. Plot-nya generik. Menampilkan lakon yang bukan apa-apa tapi nantinya punya peran menyalamatkan dunia. Keunggulan film terletak pada visualnya yang memanjakan mata dan penyajian cerita yang terstruktur dengan baik. Juga, di dukung dengan penampilan para pemerannya yang solid. Kalau bisa sempatkanlah nonton dalam format IMAX. Karena aspect ratio-nya bisa berubah saat adegan tertentu. Jangan lupa ada dua adegan tambahan di akhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar