Rabu, 25 Juli 2018

Mission: Impossible - Fallout (2018)

Walau sama-sama mengangkat tema "agen rahasia", Mission: Impossible (MI) tidak memiliki kapasitas yang melegenda seperti franchise rivalnya - James Bond. Sementara James Bond sudah mencapai film yang ke-25 (sampai saat ini), MI baru menelurkan sebanyak enam film saja sejak debutnya 22 tahun silam. Namun, ada satu keunggulan dari franchise ini yang tidak dimiliki oleh James Bond. Menurut saya, MI adalah salah satu franchise yang kualitasnya paling konsisten. Entah itu dari segi narasi maupun presentasinya. Sama seperti James Bond, MI selalu menggunakan sutradara yang berbeda di setiap serinya. Alhasil, setiap serinya mampu memberikan feel yang berbeda. Sehingga, setiap serinya selalu terasa fresh.

Mission: Impossible - Fallout rupanya sedikit melanggar tradisi. Ini adalah film pertama yang menggunakan sutradara yang sama dari seri sebelumnya. Christopher McQuarrie (Rogue Nation, Valkyrie) dipercayakan kembali untuk menahkodai kelanjutan dari petualangan Ethan Hunt dan kawan-kawan. Terpilihnya kembali McQuarrie sebagai sutradara merupakan keputusan yang tepat. Pertama, dia sudah beberapa kali berkolaborasi dengan Tom Cruise. Kedua, beliau sudah berhasil membawa Rogue Nation meraih kesuksesan masif.
Film ini melanjutkan kejadian setelah Solomon Lane (Sean Harris) tertangkap di Rogue Nation. Ethan Hunt (Tom Cruise) dan timnya sedang menerima ancaman baru dari kelompok penjahat bernama Apostle. Sebuah kelompok yang diyakini sebagai pengikut loyal Solomon Lane. Mereka ingin menggunakan plutonium untuk menyebabkan kekacauan massa. Suatu ketika, Hunt membuat kesalahan saat akan merebut plutonium itu. Akibatnya, proses menyelesaikan misi tersebut semakin susah jalannya. Ilsa Faust (Rebecca Ferguson) tiba-tiba muncul kembali di hadapan Hunt karena menginginkan Lane. Selain itu, ada Walker (Henry Cavill) dari CIA yang sepertinya punya agenda tersendiri. Mampukah Hunt beserta timnya menuntaskan misi yang "tidak mungkin" itu?

Setelah menonton Fallout, saya menjadi optimis dengan masa depan franchise ini. Saya rasa semakin kesini, kualitas filmnya semakin meningkat. Apresiasi yang tinggi patut diberikan kepada Christopher McQuarrie sebagai sutradara sekaligus penulis film ini. McQuarrie mampu menggali lebih jauh semesta MI serta membuat karakterisasi yang lebih kompleks terhadap Ethan Hunt. Lewat film ini, kita akan diajak menelusuri lebih dalam soal moral yang dimiliki oleh Hunt. Film ini seakan-akan bertanya: Mengapa Hunt rela melakukan semua misi tersebut? Apakah karena semata-mata dia ingin mengabdi pada negara? Meski film ini tidak memberikan jawabannya secara pasti.
Makin tua makin jadi. Ungkapan itu mungkin cocok disematkan kepada Tom Cruise. Mengapa tidak? Diusianya yang sudah mencapai kepala lima, beliau melanjutkan satu tradisi yang sudah menjadi ciri khas franchise ini: Cruise melakukan stunt-stunt gila nan berbahaya. Fallout memiliki dosis stunt yang lebih ekstrim dari seri sebelumnya (meski tidak se-epik memanjat Burj Khalifa di Ghost Protocol). Mulai dari aksi halo jump, melompat antar gedung, hingga bergelantungan di helikopter seperti yang sudah dipamerkan di trailer-nya. Bahkan saat melakukan salah satu stunt tersebut, Cruise mengalami cedera di pergelangan kaki sehingga proses shooting mengalami penundaan.

Overall, film ini mungkin tidak se-luar biasa Ghost Protocol yang menurut saya adalah seri terbaik MI. Namun, harus diakui kalau Christopher McQuarrie mampu menguatkan identitas MI sebagai film tentang kerja tim, bukan one-man-show Tom Cruise seorang. Mempunyai durasi selama 147 menit, menjadikan Fallout sebagai seri dengan durasi terpanjang. Film ini tidak luput dari kesalahan yang sering dilakukan oleh film-film dengan durasi panjang: Beberapa adegannya terasa dipanjangkan. Hebatnya, dengan durasi sepanjang itu McQuarrie sanggup membuat penonton betah duduk lama tanpa merasa kebosanan. Hal itu sebabkan oleh kepiawaian beliau dalam meramu ceritanya hingga semenarik mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar