Senin, 10 Juli 2017

Spider-Man: Homecoming (2017)


TULISAN DI BAWAH MUNGKIN MENGANDUNG SEDIKIT SPOILER

Tepatnya sudah dua kali adaptasi layar lebar Manusia Laba-Laba ini mengalami proses reboot. Spider-Man: Homecoming adalah proses reboot kedua setelah The Amazing Spider-Man pada 2012 silam. Ini adalah film Spider-Man keempat yang saya saksikan di layar lebar. Saya merasa beruntung bisa menyaksikan trilogi milik Sam Raimi di bioskop. Ya, saya melewatkan dua film milik Marc Webb and somehow I don't regret it. Homecoming menandakan sebagai debut film solo sang Manusia Laba-Laba di Marvel Cinematic Universe (MCU) setelah kemunculannya di Captain America: Civil War. Spider-Man kini berada di tangan Marvel (meski tidak secara utuh) yang sebelumnya dipegang oleh Sony/Columbia.
Saya sebenarnya tidak berekspetasi terlalu tinggi dengan film ini. Mungkin karena superhero yang satu ini sudah dua kali di reboot. Jadinya tidak seberapa antusias. Namun, saya tetap penasaran untuk menyaksikan film ini. Homecoming disutradarai oleh Jon Watts (Cop Car). Bukan salah anda jika tidak mengenali nama tersebut. Maklum, sebelum film ini Jon Watts hanyalah sutradara film berskala indie. Naskahnya sendiri merupakan hasil "tawuran" dari enam orang. Terdiri dari Jonathan Goldstein - John Francis Daley (Horrible Bosses), Chris McKenna - Erik Sommers (The Lego Batman Movie), Christopher Ford (Cop Car), serta Jon Watts sendiri. Awalnya sempat ragu begitu tahu penulisnya ada enam. Takut kalau ceritanya nanti akan tumpang tindih karena banyak yang ingin dimasukkan.
Tidak ada asal-usul bagaimana Peter Parker/Spider-Man (Tom Holland) mendapatkan kekuatan supernya. Kematian atau keberadaan Paman Ben pun tidak ada di film ini. Cerita diawali dengan Adrian Toomes (Michael Keaton) yang bekerja untuk membereskan sisa-sisa Chitauri yang sebelumnya tampil di film The Avengers. Kita nanti akan tahu kalau Toomes punya dendam terhadap Tony Stark/Iron Man (Robert Downey, Jr.). Bersama anak buahnya ia menyimpan sisa-sisa Chitauri itu kemudian memodifikasinya menjadi senjata yang mematikan untuk dijual. Ia juga menggunakan teknologi alien itu untuk mengubah dirinya menjadi Batman Vulture.
Filmnya kemudian pindah ke beberapa tahun setelahnya. Kita akan diperlihatkan keseharian Peter Parker. Mulai dari ia bersekolah hingga menjadi superhero sambil merahasiakan identitasnya dari Bibi May (Marisa Tomei). Ia menjalani kehidupan gandanya dengan pengawasan asisten Tony - Happy (Jon Favreau). Suatu hari ia mengetahui ada tindak kriminal yang dilakukan oleh anak buah Toomes. Ia sempat mengadu pada Happy dan Stark. Akhirnya ia beraksi sendirian dengan bantuan temannya - Ned (Jacob Batalon) yang jago komputer karena merasa tidak ditanggapi baik Happy maupun Stark. Di situlah Peter kemudian menyadari kalau ia sedang berhadapan dengan sesuatu yang sangat berbahaya.
Spider-Man: Homecoming mengambil jalan cerita yang berbeda dari film-film Spider-Man terdahulu. Di film ini Peter dikisahkan sudah menjadi Spider-Man untuk beberapa saat setelah ia mendapat kekuatan supernya. Jika trilogi milik Raimi berfokus pada unsur heroisme lengkap dengan prinsip "With a great power comes great responsibilty" dan dua film Marc Webb (yang menurut saya) berfokus pada remaja yang bingung untuk mengimbangi kisah cintanya dengan tanggung jawabnya sebagai pahlawan super. Maka Homecoming mencoba untuk membumi. Kisahnya sekedar problematika remaja sehari-hari di sekolah, seperti mengikuti ujian, cerdas cermat, sampai naksir kepada kakak kelas yang cantik. Keputusan ini saya rasa bagus karena hal-hal tersebut sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari.
Saya suka dengan film ini karena menggunakan cast yang diverse. Diversity ini ditampilkan dengan baik dan masing-masing membawakan perannya dengan luar biasa. Tom Holland memberikan sentuhan yang fresh pada karakter Peter Parker. Kesan awkward dan culunnya dapet banget. Pada saat yang emosional pun Holland masih bisa membawakannya dengan baik. Jacob Batalon dan Zendaya masing-masing sebagai Ned dan Michelle sukses membuat saya tersenyum melihat tingkah konyol mereka. Penampilan Tony Revolori sebagai Flash menurut saya sangatlah unik. Karena jarang-jarang bisa melihat kaum minoritas yang sanggup mem-bully orang kulit putih macam Peter. Mungkin ini adalah usaha memutarbalikkan stereotypes yang ada di film-film Hollywood sebelumnya. RDJ dan Jon Favreau meski terbatas penampilannya, masih terasa seru. Marisa Tomei - seperti biasa - mengesankan. Kemunculannya sebagai Bibi May yang seksi memberikan "kenikmatan" tersendiri.
Sebenarnya yang menarik perhatian saya adalah Adrian Toomes/Vulture yang diperankan oleh Michael Keaton. Vulture - bisa dibilang - berbeda dengan villain MCU yang lain. Disaat villain yang lain terobsesi untuk menguasai dunia dan sebagainya, Toomes hanyalah orang yang bekerja mencari uang demi menghidupi keluarganya. Ia tidak punya tujuan lain selain mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala cara. Saya suka karena karakternya bisa membuat penonton bersimpati kepadanya. Sayang, pekerjaannya harus terganggu karena kehadiran Spider-Man. Film ini sedikit mengingatkan saya dengan film James Bond yang berjudul Licence to Kill (1989). Sedikit cerita, film itu berbeda dengan seri James Bond kebanyakan yang musuhnya adalah seorang megalomania yang ingin menguasai dunia. Sanchez - villain dalam film itu - adalah bandar narkoba yang terobsesi mengumpulkan uang yang banyak. Namun ia harus menjadi pelampiasan dendam 007 karena ia sudah membunuh istri temannya. Oke, kembali ke Homecoming. Keaton sukses memancarkan aura mengancam di setiap kemunculannya. Somehow, saya merasa ngeri sendiri kalau melihat Keaton menyeringai. I think he is one of the best villain in MCU since Loki and Zemo.
Kekurangan Spider-Man: Homecoming menurut saya adalah klimaksnya yang kurang nendang. Klimaksnya terlampau sederhana. Mungkin itu faktor penulisnya yang berjumlah enam orang. Terlihat sekali kalau banyak ide/konten yang ingin dimasukkan. Jon Watts pun sepertinya kurang ahli dalam membangun tensi sehingga klimaksnya terasa biasa. Terlepas dari kekurangannya, Spider-Man: Homecoming masih sangat layak untuk ditonton. Semua itu berkat jajaran cast-nya yang sudah memberikan performa terbaik mereka. Ditambah unsur komedinya yang sangat mengena. Maybe I should watch this movie again because I focused too much on Aunt May.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar