Kamis, 29 Juni 2017

Dibalik Kelambu (1983)

Dibalik Kelambu adalah film kedua dari sutradara Teguh Karya yang saya tonton setelah November 1828 (1978). November 1828 berhasil membuat saya terkesima saat menyaksikannya dan langsung menobatkannya sebagai salah satu film Indonesia terbaik yang pernah saya tonton. Hal itu membuat saya segera mencari-cari filmnya Teguh Karya yang lain. Tidak lama kemudian, saya bisa berkenalan dengan film Dibalik Kelambu ini. Tidak banyak yang saya tahu tentang film ini. Hanya tahu kalau film ini memenangkan enam Piala Citra, yaitu Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Teguh Karya), Aktor Terbaik (Slamet Rahardjo), Aktris Terbaik (Christine Hakim), Aktor Pendukung Terbaik (Maruli Sitompul), dan Editing Terbaik (George Kamarullah). Melihat pencapaian luar biasa yang diraih film ini, membuat saya tidak banyak basa-basi dan segera menontonnya.
Cerita film ini sebenarnya cukup sederhana. Dikisahkan hiduplah pasangan suami-istri bernama Hasan (Slamet Rahardjo) dan Nurlela (Christine Hakim). Mereka berdua masih tinggal di rumah ayah Nurlela - atau yang biasa dipanggil Abah (Maruli Sitompul). Sayang, pasangan ini tidak hidup dalam keadaan yang bahagia. Setiap hari mereka mendapat tekanan dari Abah - yang membanding-bandingkan Hasan dengan menantunya yang lain bernama Bakri (August Melasz). Bakri dikisahkan sebagai lelaki yang memiliki pekerjaan mapan. Bahkan, ia punya pabrik sendiri. Berbeda jauh dengan Hasan yang cuma bekerja sebagai karyawan biasa di salah satu perusahaan transportasi. Tekanan yang diderita terus-menerus oleh Hasan membuatnya mencari akal agar bisa diakui di mata Abah, meskipun harus dengan cara berbohong. Namun secara tidak langsung tindakannya itu bisa menghancurkan kehidupan rumah tangganya sendiri.
Mudah sekali bagi saya untuk langsung klop dengan film ini. Jelas karena ceritanya yang tidak jauh dari kehidupan nyata. Fenomena suami-istri yang masih tinggal (baca: numpang) di rumah orang tua atau mertua mudah sekali kita temui di lingkungan masyarakat sekitar kita. Nyatanya, masih banyak masyarakat kita yang memandang kalau kegiatan "numpang" tersebut terkesan negatif. Mungkin ada yang menganggap hal itu adalah aib. Secara tidak langsung timbul anggapan-anggapan jelek di benak mereka, seperti masalah keuangan yang membuat pasutri bersangkutan terpaksa tinggal bersama orang tua atau mertua. Kemudian juga muncul anggapan seperti sang anak yang memang tidak bisa lepas atau manja dengan orang tuanya. Hal-hal itulah yang berusaha disampaikan di film ini.
Teguh Karya bersama Slamet Rahardjo mencoba untuk memasukkan social commentary dan berbagai isu seputar kehidupan rumah tangga ke dalam naskah yang mereka tulis. Bisa dibilang usaha mereka berhasil. Jadilah film Dibalik Kelambu ini terasa down to earth serta tidak terasa berlebihan dalam presentasinya. Ada satu hal yang saya tangkap saat menonton film ini, yaitu soal "meraih kebebasan". Saat menonton film ini, penonton akan sering diperlihatkan adegan yang menampilkan Hasan dan Nurlela berdiskusi perihal rencana untuk mengontrak rumah. Di adegan itu jelas-jelas mengindikasikan kalau mereka benar-benar ingin bebas dari kekangan orang tua. Mereka sudah tidak tahan dengan Abah yang cerewet. Mereka ingin membuktikan kalau mereka mampu untuk hidup mandiri. Di sini saya bersimpati terhadap Hasan dan Nurlela dengan segala permasalahan yang mereka hadapi. Tapi saya juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Abah. Bayangkan jika kita ada di posisi Abah - bukankah hal yang wajar jika kita menuntut lebih dari menantu kita? Toh, cerewetnya Abah semata-mata karena ia ingin anaknya hidup sejahtera.
Sulit mendiskusikan kehebatan film ini tanpa menyinggung departemen aktingnya. Slamet Rahardjo, Christine Hakim, dan Maruli Sitompul benar-benar mendominasi film ini. Bukan sebuah kejutan saat mereka akhirnya memenangkan Piala Citra atas peran mereka. Akting dari Slamet Rahardjo benar-benar membuat saya merinding. Lihat saja saat mendekati ending - saat Hasan marah-marah karena saking tertekannya dan tidak sanggup dengan kelakukan Abah. Slamet Rahardjo telah berhasil mengeluarkan akting level Kyubi di film ini. Christine Hakim pun di saat bersamaan sukses menampilkan ekspresi wanita yang sedang dirundung masalah. Beliau sanggup menampilkan potret wanita yang tidak bahagia dengan kehidupan rumah tangganya. Maruli Sitompul juga sukses memerankan ayah sekaligus mertua yang cerewet. Pemeran yang lain mungkin tidak sedominan yang lain, namun kehadiran mereka terasa penting bagi penyampaian ceritanya. Dibalik Kelambu adalah film dari Teguh Karya yang paling simple namun complex kandungan ceritanya. Selain itu, melihat akting para pemainnya adalah hiburan tersendiri bagi saya. Classic!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar