Kamis, 21 Juli 2016

Star Trek Beyond (2016)

Di dalam dunia pertelevisian, Star Trek telah mengukuhkan namanya sebagai salah satu TV series berpengaruh sepanjang masa, jikalau bukan yang terbaik. Bahkan, mendapatkan predikat cult. Series bikinan Gene Roddenberry ini mempunyai penggemar setia yang disebut Trekkies. Saat penayangan perdananya pada tahun 1966, langsung sukses besar dan menyita perhatian banyak pemirsa pada saat itu. Star Trek di anggap revolusioner kala itu. Series ini sering menampilkan alat-alat futuristik yang kemudian di jadikan inspirasi pengembangan teknologi. Handphone, komputer tablet, dll adalah beberapa contohnya. Melihat kesuksesan ini, Paramount Pictures membeli hak cipta untuk mengangkatnya ke medium film. Pada tahun 1979, rilislah film Star Trek: The Motion Picture. Hingga kini, total sudah ada 13 film Star Trek. Termasuk Star Trek Beyond salah satunya dan merupakan filmnya yang terbaru.

Meet the captain...
Tahun 2009, J.J. Abrams me-reboot serial ini dengan membuat film yang berjudul Star Trek. Film ini mendulang kesuksesan besar. Pujian besar datang dari para kritikus dan penggemar serial ini. Abrams mampu membawa suasana baru terhadap franchise Star Trek tanpa meninggalkan ciri khas serialnya. Film ini juga bisa menggaet penggemar baru dan membuat penonton awam bisa menyukainya. Empat tahun berselang, Abrams beserta timnya membuat sequel-nya yang berjudul Star Trek Into Darkness. Into Darkness juga mendapatkan kesuksesan besar. Film ini menampilkan villain tangguh bernama John Harrison yang di perankan dengan apik oleh Benedict Cumberbatch. Tiga tahun kemudian, rilislah Star Trek Beyond. Namun, jabatan sutradara berpindah ke Justin Lin yang di kenal sebagai sutradara franchise Fast and Furious ke 3 hingga 6. Abrams hengkang karena ia memilih untuk menyutradarai Star Wars: The Force Awakens. Ia hanya duduk sebagai produser untuk film ini. Penulis naskah juga berganti dari Alex Kurtzman dan Roberto Orci menjadi Simon Pegg (yang juga berakting disini) dan Doug Jung. Apakah Lin sanggup meneruskan tongkat estafet dari Abrams yang sudah membangun universe baru Star Trek-nya dengan baik?
Masalah bermula dari sini...
Setting waktunya berada di tahun ketiga dari misi penjelajahan luar angkasa selama lima tahun. Pesawat USS Enterprise sedang singgah di sebuah stasiun luar angkasa bernama Yorktown. Baru sebentar singgah, Kapten Jim Kirk (Chris Pine) beserta jajaran kru-nya di mintai tolong untuk menyelamatkan pesawat yang terdampar di suatu planet. Saat perjalanan menuju planet tersebut, USS Enterprise di serang oleh sekumpulan pesawat asing. Serangan ini di pimpin oleh alien bernama Krall (Idris Elba) yang punya maksud tersembunyi. Pada akhirnya, pesawat yang di tumpangi Jim Kirk dkk hancur total dan jatuh ke planet tersebut. Para kru yang mengevakuasi diri pun di tangkap oleh para anak buah Krall dan di jadikan tawanan. Di lain tempat, para kru yang bebas tapi ikut terdampar berusaha mencari cara untuk melawan Krall dan pasukannya di bantu oleh alien bernama Jaylah (Sofia Boutella). Kini, mereka yang punya niat untuk menolong ikut menjadi korban.
Penjahat kejam tapi agak kurang karakterisasinya...
Semenjak kursi sutradara berpindah ke Justin Lin, feel film ini agak gimana gitu. Kita menyaksikan dua film Star Trek yang di bawakan J.J. Abrams dengan gaya penyutradaraan sedemikian rupa (especially, that lens flare effect). Kemudian feel-nya berubah saat di sutradarai oleh Lin. Tenang saja, bukan berarti film ini jadi jelek. Bisa di simpulkan kalau Star Trek Beyond mulai mengambil pendekatan yang berbeda. Kalau di dua film sebelumnya selalu di buka dengan adegan aksi. Sedangkan film ini di buka dengan narasi Kapten Kirk dan kegiatan kru USS Enterprise sehari-hari selama penjelajahan luar angkasa. Melihat track record-nya yang pernah menggarap seri Fast and Furious, DNA milik Lin mulai nampak saat memasuki adegan aksinya. Lihat saja adegan waktu USS Enterprise di serang pasukan Krall. Adegan tersebut sangat mendebarkan tentunya. Kemudian di tutup oleh adegan menjelang finale-nya yang diiringi oleh lagu Sabotage milik Beastie Boys yang greget itu.
"Dammit, Jim. I'm a doctor not a ..."
Kalau di Fast and Furious kita akan melihat kompaknya tim Dominic Toretto yang sudah seperti keluarga. Justin Lin juga membawa dan menyuntikkannya ke film ini. Disini kita akan melihat kru USS Enterprise sudah seperti keluarga utuh dan saling membutuhkan satu sama lain. Dari segi akting tidak ada yang mengecewakan. Semua di bawakan dengan baik. Seperti seri sebelumnya, kita masih akan melihat Jim Kirk yang slenge'an tapi mulai bersikap dewasa, Bones (Karl Urban) yang selalu pesimis di tambah lagi ia terdampar bersama Spock (Zachary Quinto) yang selalu mengedepankan logika. Masih ada panas-dingin percintaan antara Uhura (Zoe Saldana) dengan Spock. Chekov (the late Anton Yelchin) mulai di perbanyak perannya. Intinya, hampir semua karakter mendapatkan porsi yang pas. Aktor Indonesia-Joe Taslim yang berperan sebagai Manas juga mendapatkan porsi yang pas dan adegan fighting yang keren.
Scotty is genius tapi kadang bertindak bodoh...
Adegan aksi mampu mengimbangi konten drama film ini. Lin sepertinya tahu bagaimana mengemas adegan aksi yang baik dan menghibur tanpa melupakan sisi drama untuk pengembangan para karakter di dalamnya. Meski, pendalaman karakter dari Krall kurang di gali lebih dalam. CGI atau SFX disini tampil sangat memukau. Untuk versi IMAX 3D, menurutku efek 3D-nya agak kurang dari sisi kedalaman gambar. Apalagi ada beberapa adegan yang berada dalam ruang gelap. Akan sulit untuk di lihat. Untungnya, format IMAX-nya mampu menyajikan adegan aksinya sebagai tontonan yang epic. Kalau nonton versi IMAX 3D, kalian akan di suguhi music video dari Rihanna berjudul Sledgehammer sebelumnya yang video-nya sendiri di-shot menggunakan kamera IMAX digital sepenuhnya. Agak ironis sebenarnya, soalnya Star Trek Beyond sendiri di-shot menggunakan kamera film digital biasa.
Live long and prosper...
Star Trek Beyond mungkin tidak se-greget dua film pendahulunya. Bisa dibilang agak mengalami sedikit penurunan cerita. Tapi harus di akui, Beyond is the most enjoyable Star Trek movie so far. Naskah garapan Simon Pegg dan Doug Jung berhasil menyajikan tontonan Star Trek yang menghibur tanpa meninggalkan sisi humanis di dalamnya. Di tambah beberapa references sebagai tribute untuk original series-nya. Tak lupa, penyutradaraan Justin Lin yang mampu melanjutkan mandat dari J.J. Abrams. I guess, Leonard Nimoy and Anton Yelchin can rest in peace.



Spock: Fear of death is illogical.
Bones: No, fear of death is what will keeps us alive.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar