Minggu, 31 Juli 2016

Jason Bourne (2016)

Jason Bourne is Back! Kalimat itu sudah cukup untuk dijadikan alasan kenapa film ini layak ditunggu. Tiga film Bourne pertama sukses menetapkan standar tinggi dalam film ber-genre thriller-spionase. Doug Liman dan Paul Greengrass sudah menjadikan Bourne salah satu trilogi terbaik sepanjang masa. Setelah film ketiga - Ultimatum, Paul Greengrass dan Matt Damon memutuskan untuk tidak lagi menggarap kelanjutan Bourne. Tapi toh, lima tahun setelah film ketiganya, muncul sequel-nya yang berjudul The Bourne Legacy (belum nonton filmnya). Kursi sutradara di gantikan oleh Tony Gilroy yang dulu menjadi penulis naskah untuk tiga film pertama sebelumnya. Terlebih lagi, tidak ada lagi sosok Matt Damon sebagai Bourne. Sosoknya digantikan dengan karakter lain dan diperankan oleh Jeremy Renner. Hasilnya, banyak penonton yang kecewa dengan film ini. Karena dianggap tidak bisa menyamai pendahulunya.

Pada suatu kesempatan Matt Damon pernah bilang kalau dia mau kembali memerankan Bourne dengan syarat Paul Greengrass yang jadi sutradaranya. Butuh waktu yang agak lama bagi Matt Damon untuk menarik kata-katanya sehingga film ini akhirnya di buat. Paul Greengrass kini kembali menjadi sutradaranya. Sayang, Tony Gilroy tidak menulis naskahnya lagi. Naskahnya ditulis oleh Greengrass dan Christopher Rouse. Alih-alih seperti empat film pendahulunya, film ini hanya berjudul sederhana, yaitu Jason Bourne. Kini dengan hengkangnya Gilroy, cerita apa yang ingin di sampaikan lagi oleh Jason Bourne mengingat Ultimatum di rasa sudah cukup untuk mengakhiri kisahnya?

Mengambil waktu beberapa tahun setelah Ultimatum. Nicky Parsons (Julia Stiles) yang mencoba untuk menemui Jason Bourne (Matt Damon) karena ia menemukan sesuatu menyangkut keluarga Bourne yang dirahasiakan dan ditutup-tutupi oleh CIA. Sadar kalau berkas-berkasnya diam-diam di buka, Pimpinan CIA - Dewey (Tommy Lee Jones) langsung mengambil tindakan. Di bantu oleh Heather Lee (Alicia Vikander) dari bagian Cyber dan "Asset" (Vincent Cassel) seorang field agent mereka berusaha untuk melumpuhkan Nicky yang dianggap pengkhianat dan Jason Bourne. Tidak hanya itu, terdapat sub-plot seperti usaha CIA untuk menyisipkan pengintaian melalui aplikasi bernama Deep Dream, Heather Lee yang punya agenda tersendiri, dan suatu program CIA yang bernama Ironhand.
Kalau boleh jujur, seneng lihat karakter Jason Bourne kembali beraksi di seri terbarunya ini. Tapi harus di akui, hampir tidak ada yang baru dalam pengembangan kisahnya. Kisahnya masih seputar Bourne yang berusaha mengobok-obok masa lalunya dan perlawanannya terhadap pihak CIA. Mungkin hanya suasananya saja yang di sesuaikan dengan zaman sekarang. Karakter Bourne disini malah terkesan seperti Terminator yang sering menghabisi lawan dan sedikit bicara (bukan bermaksud spoiler, tapi Bourne total hanya memiliki kurang lebih 25 kalimat saja sepanjang film) atau soul-less namun solid. Sosok Dewey pun tak ubahnya seperti Chris Cooper, Brian Cox, dan David Strathairn. Untung, performa Alicia Vikander mampu menjadikan Heather Lee punya peran penting sepanjang filmnya. Isu-isu tentang kebebasan privasi beserta konspirasinya di bahas disini. Entah kenapa, hanya lewat begitu saja.

Untung saja, film ini mampu masih berhasil menampilkan adegan-adegan aksi yang spektakuler. Bukan Bourne namanya kalau tidak menyuguhkan rentetan adegan aksi yang sanggup bikin kita duduk anteng di kursi. Adegan kerusuhan di Yunani sampai car chase di Las Vegas berhasil di tampilkan dengan epic disini. Kemampuan bela diri dan self-awareness Bourne masih tampil di film ini. Begitu juga dengan editing cepat dan efek shaky-cam turut hadir sepanjang durasi film ini. Bahkan, kita masih bisa mendengarkan Extreme Ways-nya Moby yang sudah menjadi trademark dari franchise Bourne.
Jalan cerita spionase kompleks dan penuh dengan intrik-intrik konspirasi di dalamnya sudah menjadi ciri khas dari franchise Bourne. Tapi sayang, semuanya kurang termaksimalkan di film ini. Tidak ada pengembangan berarti dalam pengisahannya. Namun, film ini terselamatkan oleh performa aktor/aktrisnya dan rentetan adegan aksinya yang mantap dan greget itu. Senang bisa melihat karakter Jason Bourne kembali. Hal ini menjadi nostalgia tersendiri sebenarnya. Alangkah baiknya jika nanti ada sequel-nya. But can you bring back Tony Gilroy, please? Ingin rasanya bener-bener melihat Bourne yang seperti dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar