Sabtu, 13 Oktober 2018

Apostle (2018)

Mungkin saja, saya tidak berbeda jauh dari kebanyakan orang-orang yang menantikan kelanjutan franchise The Raid. Namun, sang sutradara - Gareth Evans - tidak pernah memberikan infomasi yang jelas kapan akan dibuat sekuelnya. Hingga suatu saat berhembus kabar jika Evans akan segera merilis film terbarunya. Buang jauh-jauh pemikiran anda kalau film The Raid dibuat kelanjutannya. Karena Evans memilih untuk kembali ke kampung halamannya dan membuat film yang jauh dari tema aksi dan beladiri. Film tersebut kemudian diberi judul Apostle. Ini adalah film berbahasa Inggris pertamanya setelah Footsteps (2006). Apostle juga menjadi film keduanya yang tidak menampilkan Iko Uwais yang sudah saling berkolaborasi sejak Merantau tahun 2009 silam. Film ini juga menjadi kesempatan bagi Evans untuk menggaet nama-nama besar seperti Dan Stevens (Beauty and the Beast), Lucy Boynton (Sing Street), hingga Michael Sheen (Frost/Nixon).

Mengambil setting pada tahun 1905. Thomas Richardson (Dan Stevens) merupakan pemuda yang berasal dari keluarga kaya raya. Ia ditugaskan oleh ayahnya untuk mencari Jennifer (Elen Rhys) - adiknya yang diculik oleh sekelompok penganut cult yang misterius. Kelompok tersebut memaksa agar sang ayah memberikan uang tebusan kalau ingin putrinya selamat. Namun, Thomas tidak mempedulikannya dan nekat pergi ke sebuah tempat yang bernama Erisden. Sebuah pulau terpencil dan terisolasi dari dunia luar. Di pulau itulah para pengikut cult misterius itu bermukim. Penduduk di sana dipimpin oleh seorang pria yang mengaku sebagai "nabi" bernama Malcolm (Michael Sheen). Akhirnya, Thomas pun sampai di lokasi dan langsung menyadari bahwa ada sesuatu yang sangat jahat sedang menunggu dirinya.
Menonton Apostle tak ubahnya seperti melihat beberapa film yang dirangkum menjadi satu. Film ini seolah-olah merupakan gabungan dari The Wicker Man, Saw, Silence, dan sedikit The Raid (karena ada adegan berantemnya walau sedikit). Meskipun Evans mengambil banyak inspirasi dalam pembuatannya, Apostle masih mampu memberikan sesuatu yang terasa fresh. Walau mungkin, banyak penonton yang akan merasa familiar dengan tema maupun penceritaan yang dibawakannya. Selain itu, Evans - yang juga menjabat sebagai penulis naskah - mampu membuat ceritanya terasa seru dan tidak membosankan. Padahal film ini mempunyai tempo penceritaan yang lambat dan durasinya mencapai 130 menit.

Memasang Dan Stevens sebagai pemeran utama adalah keputusan yang sangat tepat. Walau aktingnya tidak jauh beda waktu di serial Legion, ia masih mampu menghidupkan karakter Thomas dengan sangat baik dan yang paling bagus karakterisasinya di film ini. Pada dasarnya, Thomas dulunya adalah orang yang taat agama dan patuh terhadap perintah Tuhannya. Sayang, sebuah tragedi membuatnya perlahan meninggalkan Tuhan. Menurutnya, Tuhan sudah membuat hidupnya sengsara. Stevens berhasil menampilkan sosok Thomas yang keras. Namun, didalam ia sedang mengalami krisis keimanan dan trauma yang mendalam. Hampir seperti karakter Father Rodrigues yang diperankan oleh Andrew Garfield di film Silence. Meskipun level-nya masih jauh dibawah film garapan Scorsese tersebut. Kedua, ada Michael Sheen sebagai Nabi Malcolm yang juga tidak kalah menarik. Sheen mampu menampilkan sosok Malcolm yang berkarisma dan mengancam. Sayangnya, kengerian sosok Malcolm tidak terlalu bertahan hingga penghujung film.
Selain dari segi cerita dan karakterisasi, efek horor film ini juga diperkuat oleh sinematografi arahan Matt Flannery (The Raid, The Raid 2). Flannery berhasil menangkap pemandangan Pulau Erisden yang indah nan misterius. Ia juga mampu dalam menciptakan kengerian melalui beberapa shot yang terasa diorienting. Musik film ini juga berjasa dalam menghidupkan suasana kelam film ini. Sebuah apresiasi memang patut diberikan kepada Fajar Yuskemal (Sebelum Iblis Menjemput) dan Aria Prayogi (Wiro Sableng 212) yang menjabat music composer film ini.

Apostle akan menjadi film horor yang memberikan kesan mendalam buat saya setelah menontonnya jika saja film ini memiliki durasi sedikit lebih singkat. Menurut saya, ada beberapa adegan yang terasa dipanjang-panjangkan. Tapi tenang saja, film ini masih sanggup tampil sebagai film horor yang menghibur dan berdarah-darah. Terasa sangat pelan di awal film, tapi tunggu saja saat film ini mulai menunjukkan "taringnya". Gareth Evans akan senantiasa "tancap gas" dan tidak akan segan-segan menyiksa penontonnya. Jika anda adalah penggemar film horor atau slasher, Apostle akan menjadi sebuah mimpi buruk buat anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar