Rabu, 03 Januari 2018

Journey to Italy (Viaggio in Italia) (1954)

Beberapa hari lalu, saya baru saja menyelesaikan kegiatan ujian akhir semester. Sebagai kegiatan untuk mengisi liburan, saya memutuskan untuk melakukan hobi saya, yaitu menonton film. Harusnya saat pikiran lelah akibat belajar keras delapan mata kuliah (padahal saya cuma belajar satu mata kuliah), yang ditonton adalah film-film ringan dan menghibur. Tapi entah kenapa, waktu itu malah membuka internet untuk mencari referensi film-film Italia jadul. Sepengetahuan saya, film buatan Italia terkenal nyeni dan kurang cocok bagi penonton awam (zaman sekarang) dan jelas - sulit untuk dikatakan menghibur. Setelah menemukan beberapa judul, akhirnya Journey to Italy saya pilih untuk ditonton lebih dahulu.
Jujur, saya belum pernah dengar tentang keberadaan film yang dalam bahasa Italia berjudul Viaggio in Italia ini. Hanya tahu kalau di dalamnya ada sang aktris legendaris - Ingrid Bergman yang terkenal lewat Casablanca (1942). Kemudian bukan sinopsis yang saya cari, melainkan informasi kenapa Journey to Italy bisa menjadi salah satu film yang influential. Padahal dulunya sempat gagal di pasaran. Ternyata di lain pihak, Jean-Luc Godard, Francois Truffaut, dan beberapa orang dari Cahiers du Cinema menanggapnya sebagai karya penting dalam dunia sinema. Sampai pada akhirnya film ini disebut sebagai inspirasi lahirnya aliran French New Wave. Selain itu, film ini juga bereksperimen dengan menggabungkan neorealisme dan film romance ala Hollywood. Saya pun dibuat makin penasaran dengan sedikit info diatas.
Cerita film ini sebenarnya cukup simple dan mudah diikuti. Penonton diajak berkenalan dengan Alex (George Sanders) dan Katherine Joyce (Ingrid Bergman) yang sepertinya berasal dari Inggris. Mereka sedang melakukan perjalanan ke Italia untuk urusan bisnis, yaitu menjual villa milik pamannya Alex yang sudah meninggal. Mereka adalah tipikal orang yang berasal dari kalangan atas dan terpandang. Sekilas mereka adalah pasangan idaman semua orang. Sayangnya dibalik keharmonisan yang sering mereka tampilkan, sebetulnya mereka sedang mengalami krisis rumah tangga. Jika sedang berdua saja, mereka seringkali berselisih. Di lain waktu, kita juga akan diperlihatkan mereka sedang akur. Kemudian berselisih lagi dan seterusnya. Sehingga muncul pertanyaan klasik, apakah mereka masih bisa bertahan?
Melalui film ini, Roberto Rossellini ingin membuka mata penonton akan realita kehidupan setelah menikah. Mungkin jika dipandang saat ini, dramanya terkesan ketinggalan zaman. Tapi, Rossellini bersama Vitaliano Brancati masih berhasil menampilkan pahit-manisnya membangun bahtera rumah tangga dalam naskah yang mereka tulis. Mereka juga mampu menciptakan ketegangan hanya melalui adu mulut antara Alex dengan Katherine. Sehingga pesan yang disampaikan masih terasa relevan hingga kini. Sebetulnya saya yakin Rossellini meletakkan berbagai metafora di film ini. Menurut saya, metafora tersebut terletak pada setiap adegan Katherine mengunjungi tempat-tempat wisata. Somehow, saya hampir tidak bisa mengaitkannya dengan cerita. Tapi saya yakin sekali kalau ada metafora di dalamnya. Mungkinkah itu cuma perasaan saja? I had no idea. Saya sendiri juga bingung.
Selain arahan Rossellini yang solid, kekuatan utama film ini juga berasal dari dua bintang utamanya. Siapa lagi kalau bukan George Sanders dan Ingrid Bergman. Keduanya berhasil memberikan penampilan yang menakjubkan. Saya suka bagaimana mereka saling melempar dialog satu sama lain. Chemistry mereka bagus sekali. Selain itu, mereka juga sukses memberikan pendalaman emosi pada masing-masing karakter yang dimainkan. Entah kenapa saat melihat Alex dan Katherine bertikai, saya bisa merasa kalau sebenarnya mereka masih mencintai satu sama lain. Begitu juga saat mereka lagi tenang. Saya bisa merasakan mereka ingin saling memaki. Itulah kenapa film ini luar biasa keren. Ada satu hal yang mengganjal - Ingrid Bergman terlihat lebih menonjol dibanding lawan mainnya. Seolah-olah dialah yang paling tersiksa. Padahal baik Alex maupun Katherine sama-sama menyebalkan dan mementingkan ego masing-masing. Well, terlepas dari itu - yang jelas Journey to Italy adalah salah satu film Italia terbaik yang pernah saya tonton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar