Rabu, 30 November 2016

Say Anything... (1989)

Mari kita melihat-lihat kembali berbagai film yang bermunculan pada tahun 1980-an. Kita akan mendapati banyak sekali film-film yang bertemakan remaja atau coming of age. Mungkin yang paling rajin membuat film dengan tema itu adalah John Hughes. Lihat saja filmnya seperti Sixteen Candles (1984), The Breakfast Club (1985), dan Ferris Bueller's Day Off (1986) yang bertemakan seputar kehidupan remaja (saat itu). Ketiga judul tersebut mungkin masih membekas di benak para penikmat film. Film remaja pada saat itu rata-rata menyajikan masalah tentang anak muda yang memberontak, mencari jati diri, ingin mendapatkan pengakuan, sedang mengalami cinta pertama, hingga melakukan tindakan seksual. Seakan-akan empat masalah tersebut merupakan hal yang wajib ada saat membuat film bertemakan remaja.

Di tengah keramaian tersebut, pada penghujung 1980-an - tepatnya 1989 - rilislah film yang berjudul Say Anything... yang di sutradarai oleh Cameron Crowe (Jerry Maguire, Almost Famous, Vanilla Sky). Ini merupakan debut Crowe sebagai sutradara. FYI, Crowe awalnya merupakan seorang jurnalis bagi majalah Rolling Stones sebelum beralih ke industri film. Saat film ini rilis, sebetulnya ia sudah memiliki pengalaman di bidang perfilman. Ia menulis naskah Fast Times at Ridgemont High (1982) arahan sutradara Amy Heckerling. Di film ini selain menjadi sutradara, ia juga menulis naskahnya. 
Say Anything... di bintangi oleh John Cusack yang berperan sebagai Lloyd Dobler. Hadirnya Cusack di film ini sudah menjadi daya tarik sendiri. Karena pada dekade 80-an ia adalah salah satu idola remaja. Sudah ada sejumlah film remaja yang ia bintangi pada dekade tersebut. Oke, kembali ke film ini. Lloyd adalah seorang pemuda biasa-biasa dengan hobi bermain kickboxing yang baru lulus SMA. Kemudian saat lagi ngumpul bersama kedua teman perempuannya, Lloyd bilang kalau dia suka sama Diane Court (Ione Skye). Diane adalah cewek pintar dan merupakan lulusan terbaik di SMA-nya. Tak lupa, ia juga memiliki wajah yang cantik. Kedua temannya meremehkan niatan Lloyd. Mereka menganggap kalau anak pintar pasangannya adalah anak pintar juga. Namun, ia tetap ngotot dan tidak mempedulikan ucapan kedua temannya itu. Akhirnya ia nekat mengajak Diane pergi bersama untuk menghadiri pesta perpisahan SMA.

Sementara itu, Diane adalah cewek tinggal bersama ayahnya - Jim Court (John Mahoney). Kedua orang tuanya sudah bercerai. Ia adalah tipikal anak yang penurut dan tidak mungkin akan berbuat yang aneh-aneh. Seperti yang di sebutkan di atas, ia merupakan siswi yang sangat cerdas. Tak heran, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi di Inggris. Kini kita bisa menarik kesimpulan bahwa Diane ini mempunyai prospek masa depan yang cerah. Hal ini berbanding terbalik dengan Lloyd. Setelah lulus SMA, ia tidak tahu harus berbuat apa. Tak punya rencana apapun. Entah itu soal pendidikan maupun pekerjaan. Ia cuma ingin menekuni olahraga kickboxing yang di yakini punya prospek bagus kedepannya. Bahkan dengan yakinnya ia bilang kalau olahraga tersebut adalah "sport of the future".
Ceritanya tergolong simple, kan? Kelewat simple mungkin. Seputar usaha seorang cowok biasa yang ingin menjalin cinta dengan cewek yang punya level di atas dia. Namun, ada sesuatu yang membuat film ini bagus. Yaitu ceritanya yang jujur dan mengalir apa adanya. Tidak ada yang di paksakan disini. Bahkan ketika sampai pada konfliknya. IMO, konflik adalah saat ayahnya Diane di tuduh melakukan kasus pelanggaran pajak beberapa tahun lalu. Kemudian puncaknya ketika sang ayah melarang Diane menemui Lloyd lagi karena di anggap sebagai penghalang kesuksesan putrinya. Sang ayah - Jim, menganggap Lloyd yang masa depannya tidak jelas merupakan sebuah ancaman. Hal ini di dasari oleh suatu percakapan antara Jim dengan Lloyd saat acara makan malam. Jim bertanya perihal apa yang akan Lloyd lakukan selepas lulus. Dengan entengnya, Lloyd menjawab kalau ia ingin menghabiskan waktunya untuk bersama Diane. Lantas, Jim menganggap kalau Lloyd adalah anak yang slenge'an dan tidak bisa di ajak serius.

Bisa di bilang ini filmnya Lloyd dan Diane. Pertama, kita bahas mengenai Lloyd dulu. To me, dia adalah karakter yang unik. Kita tahu Lloyd adalah seorang cowok. Tapi selama filmnya berjalan, kita sering melihat ia kumpul bareng teman ceweknya. Yang ia lakukan saat kumpul adalah curhat seputar masalah percintaan. Sesuatu yang sangat "cewek", kan? Awalnya sempet mengira-ngira kalau Lloyd ini ada indikasi gay atau agak ke-cewek-cewek-an waktu pertama kali nonton filmnya. Ternyata tidak. Lloyd mempunyai kakak perempuan. Kita anggap sejak kecil ia sudah terbiasa berbicara atau curhat kepada perempuan - dalam hal ini adalah kakaknya. Mungkin juga ia merasa lebih nyaman dengan itu. Salah satu cowok yang akrab dengannya adalah keponakannya. Bisa di lihat mereka sering bermain dan berlatih kickboxing bersama. Lloyd merupakan karakter yang sanggup menarik simpati penonton berkat dialog-dialog yang keluar dari mulutnya. Dialog-dialog tersebut sangatlah "quotable" dan mungkin cocok di pasang di bio Twitter, Facebook, Instagram, dan lain-lain biar orang yang bersangkutan kelihatan seperti pujangga yang romantis.
Beralih ke Diane Court. Seperti yang sudah di sebutkan di atas, ia adalah tipikal anak baik-baik dan penurut. Ia adalah anak yang sayang sama orang tua. Kedua orang tuanya malah. Walau mereka sudah bercerai. Diane adalah anak berotak cerdas. Menjadi lulusan terbaik dan mendapat beasiswa untuk sekolah di Inggris. Ia sering menghabiskan waktunya untuk belajar. Sayang, hal itu membuatnya jarang bersosialisasi dan kurang pergaulan. Ada saat di mana ia sedikit curhat kepada Lloyd seperti pada dialog berikut.

Diane: I just can't have any social life right now.
Lloyd: Don't worry about it. We're just having coffee. We'll be anti-social.
Diane: Be friends?
Lloyd: Yeah. With potential.
"She's gone. She gave me a pen. I gave her my heart, she gave me a pen." 
Dari dialog di atas membuktikan kalau Diane sudah menaruh kepercayaan pada Lloyd. Ia cinta kepadanya. Ia merasa Lloyd adalah orang yang baik dan bisa bikin hatinya tenang. Seperti Lloyd, Diane juga ingin menghabiskan waktu bersamanya. If I were Diane, Lloyd completed me. Pembawaan atau sifat Lloyd yang flexible, bisa di andalkan, dan pintar bicara seakan-akan adalah pelengkap sifat yang di miliki Diane yang sudah di sebutkan di atas. Mereka cocok satu sama lain.

Ada satu hal yang tidak bisa di lupakan dari film ini. Yaitu lagu In Your Eyes yang di bawakan oleh mantan personel Genesis - Peter Gabriel. Sebenernya sudah suka sama lagu itu sebelum nonton film ini. Dulu cuma merasa kalau lagu itu lagu yang bagus. Tapi anggapan tersebut berubah setelah nonton film ini. Lagu ini seperti punya kesan sakral saat di dengarkan. Jika film ini di analogikan sebagai negara Indonesia, maka In Your Eyes adalah Indonesia Raya-nya film ini. Ketika kita di perdengarkan lagu ini dalam sebuah adegan, Diane bilang kalau dia suka sama lagu ini. Lagu ini menjadi sesuatu yang semakin sakral saat adegan di mana Lloyd berdiri di depan rumah Diane sambil mengangkat boombox. Kalau boleh menggunakan majas personifikasi, lagu In Your Eyes adalah orang ketiga yang menjadi saksi timbulnya benih-benih romansa di antara keduanya. Sebuah adegan yang ikonik. Saking ikoniknya, entah sudah berapa kali adegan ini di parodikan.
Love - I get so lost, sometimes. Days pass, and this emptiness fills my heart ~
Kurang lebih begitu liriknya...
Sweet, funny, and heart-warming. I think those words are enough to describe how great this movie is. Performa mantap dari John Cusack dan Ione Skye adalah nyawa bagi film ini. Chemistry mereka dapet banget. Sebuah film yang jujur, apa adanya, dan tidak murahan. Plot-nya cheesy memang. Tapi Crowe tahu bagaimana membuatnya menjadi sebuah sajian yang fresh. Ia membuat karakter-karakter yang menarik bagi film ini. Apa film ini punya kekurangan? Well, jika kita benar-benar ingin mencarinya - sebenarnya ada. Di beberapa bagian, perubahan sifat salah satu karakternya agak terasa unbelievable. Perubahannya juga terasa agak tiba-tiba. Untungnya, berhasil di tutup dengan cara bertutur naskahnya yang solid. Tak lupa, lagu In Your Eyes yang unforgettable itu. One of my favourite romance movie.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar