Sabtu, 21 Mei 2016

X-Men: Apocalypse (2016)

Gak kerasa, franchise X-Men yang di mulai sejak 16 tahun lalu kini sudah memasuki seri ke sembilan (X-Men Origins: Wolverine, The Wolverine, dan Deadpool juga di hitung). Kualitas masing-masing filmnya pun mengalami naik dan turun. X-Men pertama berhasil mengenalkan untuk para mutan untuk pertama kalinya di layar lebar. X2 sukses menjadi salah satu seri terbaik berkat alur dan muatan kisahnya yang solid nan kompleks. X-Men: The Last Stand membawa aksinya ke tingkatan yang lebih tinggi, namun punya kelemahan dari segi narasi.

Lima tahun kemudian, rilislah X-Men: First Class sebagai reboot untuk memberikan jalan cerita yang berbeda dari seri sebelumnya. X-Men: Days of Future Past berhasil menyajikan kisah yang segar menggunakan unsur time travel-nya dengan mempertemukan karakter lawas maupun baru. DoFP menandakan kembalinya Bryan Singer ke franchise ini setelah sebelumnya di ambil alih Brett Ratner dan Matthew Vaughn. Film tersebut juga melakukan "reset" dengan tujuan memperbaiki seri-seri sebelumnya dan itu berhasil. Terus, gimana nasib X-Men: Apocalypse? Apakah bisa menyamai atau bahkan melebihi seri-seri sebelumnya?
Meet the X-Men...
Film ini mengambil setting tahun 1983, kurang lebih 10 tahun sejak kejadian di DoFP. En Sabah Nur/Apocalypse (Oscar Isaac) yang di anggap sebagai mutan tertua dari Mesir terbangun dari tidur panjangnya. Ia merasa bahwa sekarang dunia di pimpin oleh para makhluk yang lemah-tidak lain adalah para manusia. Terus, ia mulai ngerekrut empat pengikut yang di sebut The Four Horsemen. Terdiri dari Storm (Alexandra Shipp), Psylocke (Olivia Munn), Angel (Ben Hardy), dan Magneto (Michael Fassbender) yang di kisahkan hidup membaur dengan manusia, namun mulai membenci manusia lagi karena suatu tragedi. Mereka berencana membuat suatu tatanan dunia baru dimana yang kuat adalah yang berkuasa.

Di lain tempat, Professor X (James McAvoy) dan Beast (Nicholas Hoult) sedang membangun sekolah bagi para mutan. Bersama para murid barunya yaitu Jean Grey (Sophie Turner), Jubilee (Lana Condor), Cyclops (Tye Sheridan), Havok (Lucas Till), dan Nightcrawler (Kodi Smit-McPhee). Ada Mystique (Jennifer Lawrence) yang sosoknya kini di anggap pahlawan karena tindakannya yang di anggap heroik di DoFP. Moira MacTaggert (Rose Byrne) dari First Class muncul lagi. Gak lupa, ada Quicksilver (Evan Peters) yang muncul sebentar di DoFP, sekarang punya jatah muncul lebih banyak. Sadar akan bahaya yang di timbulkan Apocalypse, mereka bersama-sama menghadapi mutan terkuat tersebut.
Mutan-mutan lama yang ditampil dalam wujud yg lebih muda...
Harus di akui, film ini tidak sebaik pendahulunya. Bukan berarti filmnya jelek. Hanya saja kelemahan film ini adalah Apocalypse itu sendiri. Sebagai villain yang digadang-gadang menjadi mutan terkuat di jagad X-Men, malah rasanya biasa saja. Kuat sih kuat, tapi karakterisasinya dangkal. Naskah film ini kurang menggali karakter Apocalypse. Motivasinya kurang ter-explore. Jadi, sang villain terkesan seperti hanya ingin menguasai (atau menghancurkan?) dunia. Bisa di bilang karakternya less-menacing gitu lah. Malah, pasukan robot Sentinel dari DoFP lebih menakutkan dan mengancam. Tergolong kurang untuk sebuah film yang memajang kata "Apocalypse" sebagai sub-title pada judulnya.

Terlepas dari beberapa kekurangan, film ini punya banyak kelebihan. Salah satunya adalah skala aksinya yang lebih besar (yang mana agak deja-vu sama film-filmnya Michael Bay), masing-masing mutan menunjukkan potensinya, sub-plot tentang kehidupannya Magneto, dan tentu saja setiap adegan yang melibatkan Quicksilver. Kehadirannya selalu menjadi keasyikan sendiri. Lihat aja adegan pas di sekolah para mutan itu. Visualnya sangat memanjakan mata. Jokes-nya pun cukup memancing tawa, sehingga film ini jatuhnya gak gelap-gelap amat.
Sebagai musuh yg harusnya paling kuat, malah terasa biasa aja...
I feel sorry for him, I mean it...
X-Men: Apocalypse bisa di bilang tergolong kurang di bandingkan seri-seri sebelumnya. Tapi, menurutku ini seri X-Men yang paling enjoyable dan menghibur. Ada beberapa momen di mana aku sangat enjoy mengikuti filmnya dan kadang mengesampingkan segala kekurangannya. Kisahnya tergolong simple, seputar kebaikan melawan kejahatan. Namun, sekali lagi segala kekurangannya mampu tertutupi oleh aksi para mutan-mutan menjelang akhir film. Meskipun, saya akui cara mengalahkan Apocalypse-nya agak gimana gitu (but he must lose no matter how, right?). Baru tau kalau Apocalypse punya kemampuan ajaib sebagai fashion designer :).


Jangan buru-buru keluar bioskop, nanti ada adegan tambahan di bagian paling akhir credit...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar